Hari itu adalah hari jumat diminggu ke 4 Bulan Agustus atau minggu terakhir masa liburan semester genapku. Inisiatif tulisan ini muncul ketika aku berjumpa dengan Anda pada majelis yang sama, Sholat Jumat di masjid Sabilul Falah (Selanegara). Aku masih ingat, Anda duduk persis di sebelahku. Aku mengenal Anda sebagai seorang Kepala Desa (Kades) Selanegara dan (mungkin Anda tidak mengenal aku sama sekali. Perkara Anda mengenal aku atau tidak, aku tidak peduli. Waktu itu, saat khutbah jumat berlangsung, Anda begitu khidmat memperhatikan sang imam. Buktinya, beberapa kali aku sempat mendengar bisikan-bisikan lirih dari mulut Anda saat Anda mencoba melanjutkan hadis-hadis yang dibacakan oleh sang imam pada saat khutbah. Sayangnya sikap Anda yang begitu khidmat, tidak diikuti oleh aku yang duduk di samping Anda. Anda tahu, aku terlalu sibuk memeperhatikan Anda. Aku terlalu sibuk berimajinasi tentang apa-apa saja yang telah Anda lakukan pada desa kita. Aku terlalu sibuk memutar memori tentang keluhan-keluhan warga di desa kita, Desa Selanegara. Keluhan-keluhan tentang keadaan desa, tentang pembangunan desa, tentang model kepemimpinan Anda. Akhirnya semua imajinasi terhenti saat sang bilal menyerukan ikomah. Sidang jumat hari ini begitu cepat batinku. Aku, Anda, beserta jamaah lain pun bergegas melaksanakan sholat jumat. Seusai sholat jum’at, akhirnya aku tulis intisari dari ini semua, sebuah surat terbuka untuk Anda, Pak Kades. Begini.....
Assalam.wr.wb.
Pak
Kades (yang saya hormati): Ketahuilah, ini adalah surat pertama saya kepada Anda.
Seandainya saya bukan orang yang (sok) sibuk, sesungguhnya saya ingin menulis
surat semacam ini setiap tahun kepada Anda. Atau bahkan setiap bulan atau
setiap minggu, bahkan setiap hari (mungkin). Tiga tahun silam, saya pernah
membaca surat terbuka semacam ini yang ditulis oleh seorang cerpenis nasional
sekaligus seorang kritikus, A.S Laksana. Bedanya, beliau menulis surat terbuka
tersebut untuk Pak SBY, presiden kita. Sedangkan saya menulis surat ini untuk Anda,
bukan untuk Pak Camat, Pak Bupati atau orang lain. Surat ini untuk Anda, Pak
Kades. Waktu itu A.S Laksana mengutip kata-kata dari seorang kolumnis
Amerika, seperti ini : “Pak Presiden, dengan ini saya menyampaikan kepada Anda
bagaimana cara memimpin negara. Berbahagialah Anda karena saya tidak memungut
biaya sama sekali untuk nasihat yang saya berikan, sebab saya merasa bahwa
sudah menjadi tugas saya sebagai warga negara untuk membantu presiden mengatasi
pelbagai masalah yang muncul hari ini“
Terus
terang saya kagum dengan ucapan kolumnis Amerika tersebut. Oleh karena itu dalam surat terbuka ini saya akan menirunya.
Yang perlu saya lakukan adalah mengubah kata Presiden menjadi Kepala Desa, kata
negara menjadi desa, itu saja sudah cukup. Itu sebabnya saya sama sekali tidak mengharapkan
ucapan terimakasih dari Anda, apalagi memungut biaya atas apa yang saya sampaikan kepada Anda dalam surat ini.
Pertama, saya kagum
kepada Anda. Diusia yang masih muda, Anda sudah berhasil menduduki jabatan
penting di Desa Selanegara ini (saya tidak tahu berapa usia Anda, tapi saya tahu Anda
masih muda). Pada saat itu saya sangat berharap, Anda yang mewakili kaum muda
akan melakukan terobosan dan inovasi pada desa tercinta kita. Seorang pemuda selalu identik dengan sikap idealis dan kreatif, bukan begitu Pak Kades ? Namun nyatanya, sejauh ini saya sendiri tidak tahu terobosan apa yang telah Anda lakukan
pada desa kita ini. Entah saya yang kurang respek dan peka terhadap pembangunan
yang ada, atau memang faktanya demikian, tidak ada gebrakan. Berbicara tentang
pembangunan, jujur saya tidak tahu apa yang telah berubah dari desa kita ini. Tentu saja yang paling membuat saya heran adalah jalan desa di samping pabrik kayu. Jalan
desa yang menghubungkan RW 01 dengan RW 03. Jalan desa yang biasa dilewati
anak-anak bersekolah ke SD 01 dan SD 03. Jalan desa yang biasa dilewati
masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari, termasuk oleh Anda karena jalan
tersebut memang menghubungkan rumah Anda dengan Balai Desa. Saya kira,
Anda tidak perlu membuka telinga lebar-lebar untuk mendengar keluhan masyarakat
tentang kondisi jalan tersebut. Saya, Anda dan masyarakat pasti sudah paham
bahwa jalan tersebut begitu menyedihkan, begitu parah kondisinya. Jalan menanjak yang sudah tidak layak,
sudah begitu rusak karena sering dilalui truk-truk yang mengangkut kayu. Itu
hanya segelintir contoh kondisi jalan di desa kita. Saya kira, jika diperhatikan secara keseluruhan, kondisi jalan (sarana transportasi) desa kita sangat
buruk.
Berikutnya, yang saya
tahu, sebelumnya Anda adalah seorang pengusaha. Saat Anda sudah menjadi seorang
Kades, Anda juga masih menjadi seorang pengusaha. Saya kira dua hal tersebut
jika disatupadukan tidaklah menjadi masalah. Saya harap Anda adalah tipe pemimpin yang multitasking. Yang menjadi masalah adalah ketika
kecakapan Anda dalam berbisnis tidak bisa dimanfaatkan dengan baik untuk
membangun desa ini. Saya kurang paham dengan maksud Anda mengeruk tanah di
lapangan sepak bola yang ada di sebelah barat balai desa. Awalnya saya mengira
bahwa pihak Desa akan melakukan pelebaran (pembangunan) lapangan. Membuat taman di sisi timur lapangan dan juga 'merapihkan' tanah lapang yang begitu bergelombang. Dananya bisa diambil dari tanah pengerukan yang Anda jual. Namun faktanya, lapangan
desa kita masih sama seperti dulu. Lapangan dengan tanah lapang yang masih
bergelombang.
Pak Kades (yang saya
hormati), beberapa waktu yang lalu saya baru saja mendengarkan pengalaman
adik saya yang baru saja menyelasikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Kampus tempat ia belajar. Anda tahu,
bahwa ia bersama teman-temannya, di tempatkan di desa terpelosok di
daerah Kabupaten Kendal. Akses jalan menuju desa tersebut begitu sulit dilalui, menanjak
dan berkelok. Meski kondisi jalan menuju desa tersebut begitu buruk, namun
tidak dengan kondisi desa tempat dia mengabdi. Ternyata desa tersebut cukup
maju. Desa Pucukwangi namanya. Sebuah desa yang
dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang masih muda, sama seperti desa kita. Desa
yang sejahtera dengan kondisi sosial yang kondusif. Desa yang mengandalkan
perekonomian dari hasil perkebunan, pertanian, dan peternakan. Adik saya
juga banyak bercerita tentang kepribadian Kepala Desa Pucukwangi. Kebetulan, adik saya
menginap di rumah sang Kades selama satu bulan. Menurutnya, sang Kades adalah
sosok pribadi yang merakyat, rendah hati, cakap dalam berbisnis dan pekerja
keras. Anda tahu, sebenarnya banyak sekali hal yang ia ceritakan tentang Desa Pucukwangi kepada
saya, dan tidak mungkin saya ceritakan semuanya dalam surat ini. Intinya,
dengan segala keterbasannya, Desa Pucukwangi bisa maju dan masyarakatnya juga hidup
tentram. Sungguh saya tidak bermaksud membandingkan kondisi Desa Pucukwangi dengan desa
kita. Saya juga tidak bermaksud membandingkan Kades Pucukwangi dengan Kepala Desa kita. Saya hanya iri dengan apa yang adik saya ceritakan. Saya iri dengan kemajuan Desa tempat ia mengabdi.
Pak Kades (yang saya hormati), sebagian
besar masyarakat desa telah memilih Anda dalam pemilu Kades tahun 2008 lalu.
Saran saya, bersungguh-sungguhlah dalam melakukan perubahan. Seperti apa yang
telah saya dengar, masyarakat kita banyak mengeluh tentang perubahan. Perubahan pada banyak hal. Misalnya saja,
masalah pemuda kita yang dari tahun-tahun selalu monoton, tidak punya wadah
pengembangan diri. Bahkan cenderung menurun, terutama terkait masalah
moralitas. Mereka, pemuda desa seolah-olah ditakdirkan hidup untuk menjadi pengangguran dan menjadi tukang nongkrong dimalam hari. Karang taruna kita entah kemana perginya. Sejauh ini saya melihat tidak ada kesungguhan dari Anda untuk menghidupkan kembali organisai Karang Taruna yang telah lama mati.
Saya tidak tahu program-progam andalan apa yang telah Anda persiapkan untuk melakukan perubahan di desa kita. Bebicara tentang perubahan, saya kira Anda perlu meneladani salah satu Kades terbaik di negeri ini. Bapak Enduh Nuhudawi namanya. Beliau adalah kepala Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kab. Bogor. Anda tahu, pada tahun 2010 lalu beliau dinobatkan sebagai kepala Desa Teladan, terpilih dari sekitar 5200 Kepala Desa dari seluruh daerah Jawa Barat. Yang membuat saya kagum adalah semangat dan kerja keras beliau dalam membangun desa. Bapak Enduh mempunyai konsep yang sederhana dalam membangun desanya yang berpenduduk sekitar 14.000 jiwa. Anda tahu, hampir 60 % dari penduduk desa tersebut adalah keluarga miskin. Konsep progam sederhana beliau adalah dengan mengumpulkan uang seratus rupiah dari masyarakat dan berikutnya digunakan untuk kepentingan masyarakat. Misalnya pembangunan. Ternyata tidak mudah untuk mewujudkan ide tersebut. Sejumlah tantangan telah menanti. Ide beliau ini dianggap mustahil. Selain itu, beliau juga belum mendapat kepercayaan terutama dalam hal ketepatan pengolahan dana. Tapi semangat Bapak Enduh tak pernah surut. Beliau semakin giat menyebarkan ide perbaikan rumah kepada warga desa. Dengan semangat pantang menyerah, akhirnya beliau berhasil. Ya, bapak Enduh akhirnya berhasil meyakinkan warganya. Ternyata dengan mengumpulkan uang seratus rupiah bisa dibangun rumah warga miskin yang semula tidak layak dihuni menjadi layak, membantu sekolah anak yatim, menyantuni orang jompo, dan sebagainya. Pak Kades, anda tahu, sejak langkah perbaikan dimulai 4 tahun lalu, tanpa terasa Pak Enduh dan warga Desa Situ Udik telah mengubah 118 rumah yang dianggap tidak layak huni menjadi RSS (Rumah Sehat Sederhana). Seluruh jalan lingkungan 43 RT diperkeras dengan paving block hingga tak lagi becek dalam keadaan hujan. Hebat bukan ?
Saya tidak tahu program-progam andalan apa yang telah Anda persiapkan untuk melakukan perubahan di desa kita. Bebicara tentang perubahan, saya kira Anda perlu meneladani salah satu Kades terbaik di negeri ini. Bapak Enduh Nuhudawi namanya. Beliau adalah kepala Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kab. Bogor. Anda tahu, pada tahun 2010 lalu beliau dinobatkan sebagai kepala Desa Teladan, terpilih dari sekitar 5200 Kepala Desa dari seluruh daerah Jawa Barat. Yang membuat saya kagum adalah semangat dan kerja keras beliau dalam membangun desa. Bapak Enduh mempunyai konsep yang sederhana dalam membangun desanya yang berpenduduk sekitar 14.000 jiwa. Anda tahu, hampir 60 % dari penduduk desa tersebut adalah keluarga miskin. Konsep progam sederhana beliau adalah dengan mengumpulkan uang seratus rupiah dari masyarakat dan berikutnya digunakan untuk kepentingan masyarakat. Misalnya pembangunan. Ternyata tidak mudah untuk mewujudkan ide tersebut. Sejumlah tantangan telah menanti. Ide beliau ini dianggap mustahil. Selain itu, beliau juga belum mendapat kepercayaan terutama dalam hal ketepatan pengolahan dana. Tapi semangat Bapak Enduh tak pernah surut. Beliau semakin giat menyebarkan ide perbaikan rumah kepada warga desa. Dengan semangat pantang menyerah, akhirnya beliau berhasil. Ya, bapak Enduh akhirnya berhasil meyakinkan warganya. Ternyata dengan mengumpulkan uang seratus rupiah bisa dibangun rumah warga miskin yang semula tidak layak dihuni menjadi layak, membantu sekolah anak yatim, menyantuni orang jompo, dan sebagainya. Pak Kades, anda tahu, sejak langkah perbaikan dimulai 4 tahun lalu, tanpa terasa Pak Enduh dan warga Desa Situ Udik telah mengubah 118 rumah yang dianggap tidak layak huni menjadi RSS (Rumah Sehat Sederhana). Seluruh jalan lingkungan 43 RT diperkeras dengan paving block hingga tak lagi becek dalam keadaan hujan. Hebat bukan ?
Pak Kades (yang saya hormati), kisah
tentang Desa Situ Udik saya kira sangat inspiratif. Saya tidak bermaksud
menyuruh Anda untuk meniru progam yang dicanangkan oleh Bapak Enduh, sehingga Anda
dinobatkan menjadi Kades teladan. Yang saya harapkan adalah Anda meniru
kesungguhan bapak Enduh dalam melakukan perubahan. Penuh semangat,
kerja keras dan pantang menyerah. Saran saya, Anda perlu berfikir dan bertindak “out of the box“. Anda jangan berpijak pada kebisaan Kade-Kades sebelumnya atau kades-kades lainnya. Ketika yang lain hanya menjalankan
aktiviatas rutin di balai desa, menorehkan tanda tangan, memenuhi undangan rapat, undangan hajatan,
pengajian dan sebagainya, maka mencobalah untuk berbeda. Jangan
menjalankan aktivitas hanya sebatas di ruang kantor saja. Anda perlu keluar
dari pakem, anda harus berfikir dan bertindak liar, namun harus tetap pada jalur yang benar. Saran
saya yang terakhir, jika Anda ingin terpilih menjadi Kades pada periode
berikutnya lagi, bersungguh-sungguhlah menjadi sahabat yang baik bagi masyarakat. Saya kira, jika dibandingkan dengan Pak Jokowi, Pak Dahlan Iskan, Pak SBY, Pak Camat atau Pak Bupati, Anda sesungguhnya memiliki peluang jauh lebih besar untuk menjadi pemimpin yang benar-benar merakyat. Pak Kades, sekali lagi mohon diingat bahwa saya, saudara, teman, dan
masyarakat lainya menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik untuk Desa Selanegara, desa tercinta kita ini .
Pak Kades (yang saya hormati), itu
harapan saya kepada Anda dan Desa Selanegara ini. Maaf atas segala
ketidakmengertian saya tentang Anda. Maaf atas segala kelancangan saya. Sekian.
Wassalam.wr.wb.
(*)
*) Selanegara, 31 Agustus 2012 (Sumpiuh - Banyumas )
(*)
*) Selanegara, 31 Agustus 2012 (Sumpiuh - Banyumas )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar