Jumat, 12 Oktober 2012

Surat Terbuka untuk Pak Kades






Hari itu adalah hari jumat diminggu ke 4 Bulan Agustus atau minggu terakhir masa liburan semester genapku. Inisiatif tulisan ini muncul ketika aku berjumpa dengan Anda pada majelis yang sama, Sholat Jumat di masjid Sabilul Falah (Selanegara). Aku masih ingat, Anda duduk persis di sebelahku. Aku mengenal Anda sebagai seorang Kepala Desa (Kades) Selanegara dan (mungkin Anda tidak mengenal aku sama sekali. Perkara Anda mengenal aku atau tidak, aku tidak peduli. Waktu itu, saat khutbah jumat berlangsung, Anda begitu khidmat memperhatikan sang imam. Buktinya, beberapa kali aku sempat mendengar bisikan-bisikan lirih dari mulut Anda saat  Anda mencoba melanjutkan hadis-hadis yang dibacakan oleh sang imam pada saat khutbah. Sayangnya sikap Anda yang begitu khidmat, tidak diikuti oleh aku yang duduk di samping Anda. Anda tahu, aku terlalu sibuk memeperhatikan Anda. Aku terlalu sibuk berimajinasi tentang apa-apa saja yang telah Anda lakukan pada desa kita. Aku terlalu sibuk memutar memori tentang keluhan-keluhan warga di desa kita, Desa Selanegara. Keluhan-keluhan tentang keadaan desa, tentang pembangunan desa, tentang model kepemimpinan Anda.  Akhirnya semua imajinasi  terhenti saat sang bilal menyerukan ikomah. Sidang jumat hari ini begitu cepat batinku. Aku, Anda, beserta  jamaah lain pun bergegas melaksanakan sholat jumat. Seusai sholat jum’at, akhirnya aku tulis intisari dari ini semua, sebuah surat terbuka untuk Anda, Pak Kades. Begini.....


Assalam.wr.wb.
Pak Kades (yang saya hormati): Ketahuilah, ini adalah surat pertama saya kepada Anda. Seandainya saya bukan orang yang (sok) sibuk, sesungguhnya saya ingin menulis surat semacam ini setiap tahun kepada Anda. Atau bahkan setiap bulan atau setiap minggu, bahkan setiap hari (mungkin). Tiga tahun silam, saya pernah membaca surat terbuka semacam ini yang ditulis oleh seorang cerpenis nasional sekaligus seorang kritikus, A.S Laksana. Bedanya, beliau menulis surat terbuka tersebut untuk Pak SBY, presiden kita. Sedangkan saya menulis surat ini untuk Anda, bukan untuk Pak Camat, Pak Bupati atau orang lain. Surat ini untuk Anda, Pak Kades. Waktu itu A.S Laksana mengutip kata-kata dari seorang kolumnis Amerika, seperti ini : “Pak Presiden, dengan ini saya menyampaikan kepada Anda bagaimana cara memimpin negara. Berbahagialah Anda karena saya tidak memungut biaya sama sekali untuk nasihat yang saya berikan, sebab saya merasa bahwa sudah menjadi tugas saya sebagai warga negara untuk membantu presiden mengatasi pelbagai masalah yang muncul hari ini“
Terus terang saya kagum dengan ucapan kolumnis Amerika tersebut. Oleh karena itu dalam surat terbuka ini saya akan menirunya. Yang perlu saya lakukan adalah mengubah kata Presiden menjadi Kepala Desa, kata negara menjadi desa, itu saja sudah cukup. Itu sebabnya saya sama sekali tidak mengharapkan ucapan terimakasih dari Anda, apalagi  memungut biaya atas apa yang saya sampaikan kepada Anda dalam surat ini.
Pertama, saya kagum kepada Anda. Diusia yang masih muda, Anda sudah berhasil menduduki jabatan penting di Desa Selanegara ini (saya tidak tahu berapa usia Anda, tapi saya tahu Anda masih muda). Pada saat itu saya sangat berharap, Anda yang mewakili kaum muda akan melakukan terobosan dan inovasi pada desa tercinta kita. Seorang pemuda selalu identik dengan sikap idealis dan kreatif, bukan begitu Pak Kades ? Namun nyatanya, sejauh ini saya sendiri tidak tahu terobosan apa yang telah Anda lakukan pada desa kita ini. Entah saya yang kurang respek dan peka terhadap pembangunan yang ada, atau memang faktanya demikian, tidak ada gebrakan. Berbicara tentang pembangunan, jujur saya tidak tahu apa yang telah berubah dari desa kita ini. Tentu saja yang paling membuat saya heran adalah jalan desa di samping pabrik kayu. Jalan desa yang menghubungkan RW 01 dengan RW 03. Jalan desa yang biasa dilewati anak-anak bersekolah ke SD 01 dan SD 03. Jalan desa yang biasa dilewati masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari, termasuk oleh Anda karena jalan tersebut memang menghubungkan rumah Anda dengan Balai Desa. Saya kira, Anda tidak perlu membuka telinga lebar-lebar untuk mendengar keluhan masyarakat tentang kondisi jalan tersebut. Saya, Anda dan masyarakat pasti sudah paham bahwa jalan tersebut begitu menyedihkan, begitu parah kondisinya. Jalan menanjak yang sudah tidak layak, sudah begitu rusak karena sering dilalui truk-truk yang mengangkut kayu. Itu hanya segelintir contoh kondisi jalan di desa kita. Saya kira, jika diperhatikan secara keseluruhan, kondisi jalan (sarana transportasi) desa kita sangat buruk.
Berikutnya, yang saya tahu, sebelumnya Anda adalah seorang pengusaha. Saat Anda sudah menjadi seorang Kades, Anda juga masih menjadi seorang pengusaha. Saya kira dua hal tersebut jika disatupadukan tidaklah menjadi masalah. Saya harap Anda adalah tipe pemimpin yang multitasking. Yang menjadi masalah adalah ketika kecakapan Anda dalam berbisnis tidak bisa dimanfaatkan dengan baik untuk membangun desa ini. Saya kurang paham dengan maksud Anda mengeruk tanah di lapangan sepak bola yang ada di sebelah barat balai desa. Awalnya saya mengira bahwa pihak Desa akan melakukan pelebaran (pembangunan) lapangan. Membuat taman di sisi timur lapangan dan juga 'merapihkan' tanah lapang yang begitu bergelombang. Dananya bisa diambil dari tanah pengerukan yang Anda jual. Namun faktanya, lapangan desa kita masih sama seperti dulu. Lapangan dengan tanah lapang yang masih bergelombang.
Pak Kades (yang saya hormati), beberapa waktu yang lalu saya baru saja mendengarkan pengalaman adik saya yang baru saja menyelasikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Kampus tempat ia belajar. Anda tahu, bahwa ia bersama teman-temannya, di tempatkan di desa terpelosok di daerah Kabupaten Kendal. Akses jalan menuju desa tersebut begitu sulit dilalui, menanjak dan berkelok. Meski kondisi jalan menuju desa tersebut begitu buruk, namun tidak dengan kondisi desa tempat dia mengabdi. Ternyata desa tersebut cukup maju. Desa  Pucukwangi namanya. Sebuah desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang masih muda, sama seperti desa kita. Desa yang sejahtera dengan kondisi sosial yang kondusif. Desa yang mengandalkan perekonomian dari hasil perkebunan, pertanian, dan peternakan. Adik saya juga banyak bercerita tentang kepribadian Kepala Desa Pucukwangi. Kebetulan, adik saya menginap di rumah sang Kades selama satu bulan. Menurutnya, sang Kades adalah sosok pribadi yang merakyat, rendah hati, cakap dalam berbisnis dan pekerja keras. Anda tahu, sebenarnya banyak sekali hal yang ia ceritakan tentang Desa Pucukwangi kepada saya, dan tidak mungkin saya ceritakan semuanya dalam surat ini. Intinya, dengan segala keterbasannya, Desa Pucukwangi bisa maju dan masyarakatnya juga hidup tentram. Sungguh saya tidak bermaksud membandingkan kondisi Desa Pucukwangi dengan desa kita. Saya juga tidak bermaksud membandingkan Kades  Pucukwangi dengan Kepala Desa kita. Saya hanya iri dengan apa yang adik saya ceritakan. Saya iri dengan kemajuan Desa tempat ia mengabdi.
Pak Kades (yang saya hormati), sebagian besar masyarakat desa telah memilih Anda dalam pemilu Kades tahun 2008 lalu. Saran saya, bersungguh-sungguhlah dalam melakukan perubahan. Seperti apa yang telah saya dengar, masyarakat kita banyak mengeluh tentang perubahan. Perubahan pada banyak hal. Misalnya saja, masalah pemuda kita yang dari tahun-tahun selalu monoton, tidak punya wadah pengembangan diri. Bahkan cenderung menurun, terutama terkait masalah moralitas. Mereka, pemuda desa seolah-olah ditakdirkan hidup untuk menjadi pengangguran dan menjadi tukang nongkrong dimalam hari. Karang taruna kita entah kemana perginya. Sejauh ini saya melihat tidak ada kesungguhan dari Anda untuk menghidupkan kembali organisai Karang Taruna yang telah lama mati.
Saya tidak tahu program-progam andalan apa yang telah Anda persiapkan untuk melakukan perubahan di desa kita. Bebicara tentang perubahan, saya kira Anda perlu meneladani salah satu Kades terbaik di negeri ini. Bapak Enduh Nuhudawi namanya. Beliau adalah kepala Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kab. Bogor. Anda tahu, pada tahun 2010 lalu beliau dinobatkan sebagai kepala Desa Teladan, terpilih dari sekitar 5200 Kepala Desa dari seluruh daerah Jawa Barat. Yang membuat saya kagum adalah semangat dan kerja keras beliau dalam membangun desa. Bapak Enduh mempunyai konsep yang sederhana dalam membangun desanya yang berpenduduk sekitar 14.000 jiwa. Anda tahu, hampir 60 % dari penduduk desa tersebut adalah keluarga miskin. Konsep progam sederhana beliau adalah dengan mengumpulkan uang seratus rupiah dari masyarakat dan berikutnya digunakan untuk kepentingan masyarakat. Misalnya pembangunan. Ternyata tidak mudah untuk mewujudkan ide tersebut. Sejumlah tantangan telah menanti. Ide beliau ini dianggap mustahil. Selain itu, beliau juga belum mendapat kepercayaan terutama dalam hal ketepatan pengolahan dana. Tapi semangat Bapak Enduh tak pernah surut. Beliau semakin giat menyebarkan ide perbaikan rumah kepada warga desa. Dengan semangat pantang menyerah, akhirnya beliau berhasil. Ya, bapak Enduh akhirnya berhasil meyakinkan warganya. Ternyata dengan mengumpulkan uang seratus rupiah bisa dibangun rumah warga miskin yang semula tidak layak dihuni menjadi layak, membantu sekolah anak yatim, menyantuni orang jompo, dan sebagainya. Pak Kades, anda tahu, sejak langkah perbaikan dimulai 4 tahun lalu, tanpa terasa Pak Enduh dan warga Desa Situ Udik telah mengubah 118 rumah yang dianggap tidak layak huni menjadi RSS (Rumah Sehat Sederhana). Seluruh jalan lingkungan 43 RT diperkeras dengan paving block hingga tak lagi becek dalam keadaan hujan. Hebat bukan ?
Pak Kades (yang saya hormati), kisah tentang Desa Situ Udik saya kira sangat inspiratif. Saya tidak bermaksud menyuruh Anda untuk meniru progam yang dicanangkan oleh Bapak Enduh, sehingga Anda dinobatkan menjadi Kades teladan. Yang saya harapkan adalah Anda meniru kesungguhan bapak Enduh dalam melakukan perubahan. Penuh semangat, kerja keras dan pantang menyerah. Saran saya, Anda perlu berfikir dan bertindak “out of the box“. Anda jangan berpijak pada kebisaan Kade-Kades sebelumnya atau kades-kades lainnya. Ketika yang lain hanya menjalankan aktiviatas rutin di balai desa, menorehkan tanda tangan, memenuhi undangan rapat, undangan hajatan, pengajian dan sebagainya, maka mencobalah untuk berbeda. Jangan  menjalankan aktivitas hanya sebatas di ruang kantor saja. Anda perlu keluar dari pakem, anda harus berfikir dan bertindak liar, namun harus tetap pada jalur yang benar. Saran saya yang terakhir, jika Anda ingin terpilih menjadi Kades pada periode berikutnya lagi, bersungguh-sungguhlah menjadi sahabat yang baik bagi masyarakat. Saya kira, jika dibandingkan dengan Pak Jokowi, Pak Dahlan Iskan, Pak SBY, Pak Camat atau Pak Bupati, Anda sesungguhnya memiliki peluang jauh lebih besar untuk menjadi pemimpin yang benar-benar merakyat. Pak Kades, sekali lagi mohon diingat bahwa saya, saudara, teman, dan masyarakat lainya menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik untuk Desa Selanegara, desa tercinta kita ini .
Pak Kades (yang saya hormati), itu harapan saya kepada Anda dan Desa Selanegara ini. Maaf atas segala ketidakmengertian saya tentang Anda. Maaf atas segala kelancangan saya. Sekian.

Wassalam.wr.wb.
(*)

*) Selanegara, 31 Agustus 2012 (Sumpiuh - Banyumas )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar