Senin, 23 Juni 2014

Kami Anak Kembar


Bertahun-tahun nanti, saat kami bertemu dengan kawan baru, (mungkin) kami akan menjumpai pertanyaan-pertanyaan menggelitik seperti  apa yang telah kami dapati bertahun-tahun lalu.

“Lho mas-nya berdua ini anak kembar toh ?”
“Gimana sih rasanya jadi anak kembar ?”
“masa sih kembar ? dulu mbah buyutnya ada yang kembar ya ?”
“hah kembar ? adeknya yang di rumah kembar juga gak ? hehehe”
Begitulah teman-teman dekatku seringkali menanyai tentangku dan juga kembaranku. Sejak aku kecil hingga sekarang, sudah (terlalu) sering teman-temanku menanyakan perihal sense menjadi anak kembar. Tak jarang pula mereka sering "membumbui" pertanyaan mereka dengan statemen-statemen lucu yang lebay.
“Lho mas-nya berdua ini anak kembar toh ? ihhh lucuu, pengen deh punyak adek kembar, menggemaskan...”
“Gimana sih rasanya jadi anak kembar ? ihh, pengen deh punya anak kembar, kayaknya seruu , unyu-unyuu gituh”
“masnya ini kembar ya ? ihh, pengen deh punya kembaran, biar bisa tukeran pacar.. haha “ -___-
Begitulah mereka, selalu memaksa kami untuk foto bersama.
Jika kami menolak, aku yakin mereka akan 'merengek-rengek' #hahaaa
Begitulah teman-temanku –terutama teman cewek-, mereka selalu mengimajinasikan anak kembar seolah-olah adalah ‘Dewa paling unyu-unyu’ di muka Bumi ini. Kadang aku khawatir, seandainya aku yang saat ini adalah balita tanggung, mungkin pipiku akan merah memar, dicubit sana-sini oleh mereka. Hahaa :D
Dulu, saat aku kecil, orang tuaku sebisa mungkin memperlakukan kami dengan adil. Untuk menghindari rasa iri, segala sesuatunya selalu disama-samakan. Misalnya, saat ibu membelikan kami baju baru. Model yang ibu beli pasti sama, cuma warnanya saja sengaja dibedakan. Meski model baju yang ibu belikan sama, kadang tetap saja kami berantem, berebut baju dengan corak atau warna yang paling menarik. Kalau sudah berebut seperti ini, tak ada satu pun yang mau mengalah diantara kami. Dan tentu, bapak ibulah yang paling pusing saat menghadapi situasi seperti ini (mungkin, hal-hal seperti inilah yang menjadi 'kebahagiaan' bagi mereka saat merawat anak kembar seperti kami hehehe)
Namun, saat kami mulai dewasa, kami tumbuh dengan karakter atau identitas masing-masing. Kami tak mau lagi segala sesuatunya disama-samakan. Tak mau lagi dibeliin baju, celana, tas, sepatu dengan model dan warna yang sama –malah malu, kalau lagi main bareng kok model dan warna bajunya sama-. Kalau segala sesuatunya diseragamkan, kesannya childist banget.

Sekali lagi, meski secara keseluruhan anak kembar memiliki karakter yang hampir sama, tapi aku dan dia tetaplah pribadi yang berbeda. Meski pernah tumbuh bersama pada satu rahim, pada hakikatnya anak kembar tidaklah ‘kembar’. Setelah kami tumbuh dewasa, semakin terlihat perbedaan diantara kami, mulai dari selera baca, mata pelajaran yang disukai, hingga klub sepak bola favorit. Tak jarang pula kami berselisih pendapat, berbeda pandangan saat menentukan keputusan bersama. Aku kira itu hal yang wajar.
Meski saat tumbuh dewasa perbedaan diantara kami kian kentara, tapi aku merasa bahwa insting dan naluri kami masih sama seperti dulu. Insting dan naluri anak kembar, insting dan naluri yang unik dan kuat. Sampai saat ini, aku merasa bahwa aku dan dia masih saja diikat oleh kepekaan rasa batin yang sama. Kepekan rasa batin yang lebih dari sekedar kepekaan yang dimiliki oleh hubungan kakak-adik biasa.
Ya begitulah kami. Menjadi anak kembar  adalah takdir yang harus kami jalani. Kau tahu, menjadi anak kembar, artinya memiliki sahabat seumur hidup. Bahkan sebelum aku melihat dunia, saat aku masih tumbuh di dalam rahim ibu, aku sudah memiliki seorang teman hidup. Menjadi anak kembar, itu artinya aku sudah terbiasa memiliki teman berbagi, teman saling menolong, dan juga teman berantem. Menjadi anak kembar berarti harus siap dibanding-bandingkan satu sama lain. Menjadi anak kembar berarti harus siap  memiliki banyak teman. Temanku adalah temannya juga, temannya adalah temanku juga. Menjadi anak kembar berarti harus siap mengahadapi situasi konyol. Hal konyol  yang paling elementer misalnya :  kerabat yang sampai sekarang masih bingung membedakan kami , seringkali tertukar saat memanggil nama masing-masing dari kami. Pun demikian teman-teman kami, seringkali tertukar saat menyebut nama. Itu sebabnya kami sering dianggap sebagai ‘siluman’.

Dan kini, kami memiliki kehidupan masing-masing, terpisah jarak Semarang-Jakarta. Saat sendirian seperti ini, aku teringat masa lalu. Baik itu hal yang menggembirakan maupun menyedihkan. Dulu saat kami masih kuliah bersama, saat aku sedang sakit, dialah yang merawatku, membelikanku obat atau memijatku. Pun demikian sebaliknya. Saat aku sedang sibuk, dialah yang mencucikan baju dan celanaku. Pun demikian sebaliknya. Saat aku sedang mengalami kesulitan, dialah yang membantuku. Pun demikian sebaliknya. Kini, saat jemari-jemari ini tak dapat lagi menggapainya, aku hanya bisa mengandalkan hati dan pikiran. Memohonkan doa kepada Allah untuk selalu menjaganya.
Oia, sebelum aku benar-benar mengakhiri tulisanku kali ini, aku ingin bertanya padamu. Apakah kau juga sama seperti teman-teman cewekku yang lebay itu, suatu saat nanti tertarik ingin punya anak kembar yang ‘unyu-unyu’ ? jika tertarik, saran terbaikku, menikah sajalah dengan anak kembar. *eh malah numpang iklan XD*

*) Semarang, 23 Juni 2014

14 komentar:

  1. Cieee anak kembar. Paragraf terakhirmu itu lho mas.. hahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pargraf terkahir ? emang kenapa ? pengen ? :p

      Hapus
    2. kalo pengen punya anak kembar, kenapa pula harus menikah dengan anak kembar ? :p

      Hapus
    3. kalo kamu menikah dg anak kembar, setidaknya dalam dirimu akan tertanam faktor gen anak kembar, Dinda. Probabilitas. hihihii

      Hapus
  2. Tulisan tentang anak kembar, ditulis oleh anak kembar. Menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya adi, trimakasih sudah mampir. salam kenal ^^

      Hapus
  3. yang 2 foto terakhir aku gabisa mbedain yang mana yang mas mansyah dan yg mana yang kembarannya mas -___- haha
    kalo yang foto kedua. -_- mas berasa artis ya mas ? :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya juga kembar, susah dibedain dong.. :D
      artis ? gak juga, malah berasa 'Dewa paling unyu-unyu' hahaa

      Hapus
    2. ish -__________- kegeeraaaaan

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. ki sing nulis mas mansyah apa mas manto??? -_-"

    BalasHapus
  6. nikahin adek mas.. nikahin..
    *obsesi pen punya anak kembar*

    BalasHapus
    Balasan
    1. adeknya siapa nih yang suruh dinikahin ? hahah

      Hapus