Minggu, 01 September 2013

Dia Wisuda, Selamat !!

"Salah satu bentuk sanjungan atau pujian terbaik untuk orang tua kita adalah melaksanakan segala nasihat-nasihat kebaikan yang mereka sampaikan kepada kita" (-nn-)           

             
           Kemarin, di dalam gedung besar itu, dia yang mengenakan baju toga terlihat berkumpul bersama kawan-kawannya. Hari itu adalah hari istimewa baginya. Setelah dinyatakan lulus selama masa studi hampir 4 tahun, akhirnya pagi itu dia diwisuda bersama ratusan calon sarjana lainnya. Aku yakin kedua orang tuanya begitu bangga menyaksikan dia diwisuda. Dia tahu betul bahwa betapa kedua orang tuanya sangat mencintainya. Benar adanya jika selama ini bapak ibunya tak pernah mengumbar kata-kata cinta padanya. Tak pernah sekalipun meraka mengucapkan kata-kata cinta, seperti ini misalnya : “nak, bapak mencintaimu”, “nak, ibu bangga padamu” baik itu lewat sms, tlepon atau ngomong langsung. Meski demikian, aku yakin dia merasakan kekuatan cinta yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Bukankah seumur-umur dia juga tak pernah mengungkapkan rasa cintanya yang begitu sangat kepada kedua orang tuanya,  “Bapak-Ibu, aku sangat mencintai kalian”. Tak pernah sekalipun kalimat semacam itu terucap dari mulutnya. Ah, bukankah mengungkapkan rasa cinta terkadang tak perlu segamblang itu. Kau tahu, suatu saat nanti kau perlu bersikap sedikit jaim seperti dia agar rasa cinta yang kau miliki benar-benar terasa lebih nikmat.
            Oia, perlu kau ketahui tentang keluarganya. Ayahnya adalah seorang pensiunan pegawai negeri dengan gaji yang pas-pasan. Sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga biasa. Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, sang ibu nyambi menjadi pembantu rumah tangga di rumah kerabatnya. Di lingkungan keluarga yang sederhana itu, dia dibesarkan bersama dua orang saudaranya. Salah satu diantara mereka adalah saudara kembarnya. Banyak orang mengatakan bahwa mereka kembar, tapi aku kira mereka berbeda. Semenjak mereka masih kecil, aku sudah bisa memebedakan mereka dengan cermat. Bahkan lebih cermat dari pada kedua orang tuanya. Meski hidup sederhana, ayahnya selalu mengajarkan mereka untuk selalu bersyukur. Tak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan tetangga atau orang lain yang ‘terlihat’ lebih beruntung begitulah nasihat yang selalu diajarkan oleh ayahnya kepada mereka.
            Ketika banyak orang berjalan jauh dan bekerja keras mengejar dunia untuk mencari sebuah kebahagiaan, maka bagi keluarganyanya bahagia itu sederhana, cukup menerima dan mensyukuri apa yang ada pada mereka. Bahagia itu sederhana, menikmati senyum orang tua tercinta. Bahagia itu sederhana, berkumpul bersama keluarga. Maka wajar jika saat wisuda kemarin, dia menolak untuk ikut serta hadir diacara wisuda fakultas. Bukan karena dia tak mau berkumpul bersama teman-teman dari satu fakultasnya, tapi lebih karena pertimbangan yang lebih matang. Dia lebih memilih biaya pendaftaran wisuda fakultas digunakan untuk membayar foto studio bareng keluarga. Itu adalah foto studio pertama keluarganya. Baginya mengabadikan momen kumpul bersama keluarga semacam itu lebih membahagiakan dari pada sekedar menghadiri acara wisuda fakultas yang menurutnya tak ada bedanya dengan acara pesta biasa. Aku kira, dia telah membuat keputusan yang ‘mengagumkan’.
       Tentang masa lalunya, aku masih ingat, dulu dia sempat mengalami gejolak ketika menjelang dia dan saudara kembarnya lulus SMA. Kedua orang tuanya galau dengan masa depan kedua anaknya. Apakah mau disuruh merantau cari kerja, atau mau melanjutkan ke perguruan tinggi. Jika mau lanjut kuliah tentu bapak ibunya tidak akan mampu membiayai segala kebutuhannya. Tak terbayang biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tuanya untuk membiayai kuliahnya dan juga saudara kembarnya. Biaya untuk membayar kos, makan sehari-hari, bayar spp, dan lain sebagainya. Waktu itu dia sadar diri, karena dia tahu betul dengan keadaan ekonomi keluarganya. Ada keinginan untuk merantau, tapi di lain sisi dia juga memiliki keinginan yang kuat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi seperti teman-teman di sekolahnya. Di tengah kebimbangan itu dia terus berdoa. Dan kau tahu, Allah benar-benar Maha Adil. Hidup ini tak akan pernah tertukar. Satu jengkal bahkan satu mili pun tak akan pernah tertukar. Tentang takdir manusia, segalanya sudah tercatat di lauhul mahfudz sana. Maka, saat hari raya idul fitri tiba, datanglah jawaban itu dariNya melaui seorang malaikat. Malaikat itu adalah kakak sepupunya yang sudah lama menetap tinggal di Semarang. Setahun sekali, saat Lebaran tiba, kakak sepupunya itu pulang ke kampung halamannya di Banyumas. Waktu itu, saat kakak sepupunya silaturahmi ke rumahnya, tiba-tiba saja bapaknya ditawari bantuan oleh kakak sepupunya itu. “Kalo mau kuliah mending di Semarang aja, nglanjutin ke UNDIP. Nanti buat ngekos dan makan sekalian di rumah saya Pak lik, gratiss!!” begitulah kurang lebih kalimat itu keluar dari kakak sepupunya sebagai jawaban atas segala kegundahannya.
   
          Dan kini, empat tahun telah berlalu semenjak Allah memberi jawaban mengagumkan itu. Aku yakin, bahwa hari saat dia diwisuda kemarin adalah hari yang akan terus diingat oleh kedua orang tuanya dan juga olehnya. Dan melalui tulisan ini, sebagai orang yang (sangat) mengenalnya, aku ingin mengucapkan selamat. Selamat atas kelulusannya, selamat untuk gelar S.Si-nya. Semoga ilmu yang diraih selama ini bisa bermanfaat untuk masa depannya. Tentang saudara kembarnya yang saat ini belum juga menyelesaikan studinya, aku juga akan mendoakannya. Semoga saudara kembarnya  bisa segera menyusul dia. Bisa segera lulus dan diwisuda. Semoga dia, saudara kembar dan juga adik bungsunya, suatu saat nanti bisa menjadi manusia bermanfaat bagi masyarakat dan juga agama.
       Akan kuberi tahu padamu tentang sebuah nasihat yang pernah aku dengar dari seorang ustad. Bahwa ketika kita mendoakan kebaikan kepada orang lain, maka Allah akan mengutus malaikat untuk mendoakan kebaikan juga kepada kita persis seperti doa yang kita sampaikan kepada orang lain tersebut. Maka, jika kau sudah terlanjur membaca tulisanku sampai kalimat ini, aku  ingin mengajakmu juga untuk mendoakan segala kebaikan buat mereka bertiga dan juga keluarganya. Jika kau berkenan mendoakan mereka, maka selain malaikat, aku juga akan mebalas doamu atas mereka. Bahkan dua kali lipat dari apa yang kau dooakan untuk mereka. Jika kau mendoakan kesuksesan buat mereka, maka akan aku doakan agar kau dua kali lebih sukses dari mereka. Jika kau mendoakan agar Allah memberi umur panjang sampai usia 75 tahun untuk mereka, maka akan aku doakan padamu agar Allah memberimu umur panjang sampai usia 150 tahun.(*)

*) Semarang, 1 September 2013


4 komentar:

  1. nice...
    semoga saudara kembarnya cepat menyusul bergelar S.Si ^_^

    BalasHapus
  2. aamiin fitri,, trimakasih untuk doanya. Semoga fitri lulusnya dua kali lebih cepat dari dia.. haha

    BalasHapus