Beberapa
minggu yang lalu, aku sempat
menggebu-gebu ingin segera memposting beberapa tulisan dalam coretan dinding ini. Ah.. sayang,
konsepan yang sudah matang itu
tertinggal di kampung halaman. Terpaksa aku harus menunda beberapa postingan. Tak apalah, aku harus mengorbankan
beberapa waktu untuk menyusunnya kembali.
Tapi, akhir2 ini, ketika jari-jari ini mule menulis beberapa kata,
selalu saja terhenti. Bukan untuk beberapa saat, cukup lama. Bahkan sekedar
untu memulainya pun terlalu sukar. Ah,
entahlah.. mungkin aku sedang malas. Writer’s blok istilahnya. Menghadapi
situasi ( malas ) semacam ini, aku selalu mempunyai obat mujarab. Jika aku mengadapi
situasi semacam ini, aku akan membuka buku pribadi. Buku kehidupan, berisi
bermacam-macam tulisan. Diary ya ? ah, aku tidak suka menyebut buku kehidupanku
ini dengan sebutan diary. Terlalu cengeng.
Halaman paling
aku sukai adalah halaman berisi peta hidup . Peta hidupku sampai tahun 2020.
Berisi mimpi-mimpi, cita-cita, strategi hidup, dsb. Ada yang menyebutnya
sebagai peta khayalan.. ahh, aku kurang sepakat. Ini bukan khayalan, ini adalah
mipi. Bukankah segalanya bermula dari
sebuah mimpi. Bukankah Bill Gates bisa menjadi miliyader juga karena bermula dari sebuah mimpi ? Bukankah keberhasilan Abraham Lincoln menjadi presiden Amerika ke-16 juga berawal dari sebuah mimpi ?
Halaman berikutnya,
berisi tulisan2 motivasi. Berisi kisah inspirasi dan kata2 atau syair motivasi.
Ah, aku baru tersadar, aku telah lama
membuat kealpaan. Aku baru ingat, bahwa aku pernah berjanji akan memposting
salah satu syair indah penuh inspirasi, penuh motivasi. Sebuah syair yang aku
kutip dari sebuah novel. Anda yang pernah
membaca novel “ Ranah 3 Warna “ pasti
sudah tidak asing lagi dengan syair yang aku maksud. Berikut aku penuhi janjiku
. . .
“Bersabarlah dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan
Terus-meneruslah berbuat baik, ketika di kampung dan di rantau
Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di
perut bumi, dan di atas bumi
Bersabarlah menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh di dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai
Jangan cari kemuliaan itu dalam perantauan di usia muda
Singsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguhlah menggapai impian
Karena kemuliaan tak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau
katakan
Karena debat kusir adalah pangkal keburukan “
Diterjemahkan dengan bebas dari syair Sayyid Ahmad
Hasyimi.
Syair ini diajarkan pada tahun ke-4 di Pondok Modern
Gontor, Ponorogo.
Ah, bukuku memang ajaib.
Seakan Tuhan telah memberinya sebuah ruh, setiap kali aku baca, buku itu
selalu berbisik dengan lembut. Bisikan berisi motivasi, yang selalu terdengar
sampai ulu hati. Alhamdulillah. Terimakasih Tuhan.
Semoga bermanfaat. (*)
*) Semarang, 13 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar