Rabu, 14 Maret 2012

Bukuku Berbisik



Beberapa minggu yang  lalu, aku sempat menggebu-gebu ingin segera memposting beberapa tulisan  dalam coretan dinding ini. Ah.. sayang, konsepan yang sudah matang  itu tertinggal di kampung halaman. Terpaksa aku harus menunda beberapa  postingan. Tak apalah, aku harus mengorbankan beberapa waktu untuk menyusunnya kembali.  Tapi, akhir2 ini, ketika jari-jari ini mule menulis beberapa kata, selalu saja terhenti. Bukan untuk beberapa saat, cukup lama. Bahkan sekedar untu memulainya pun terlalu sukar.  Ah, entahlah.. mungkin aku sedang malas. Writer’s blok istilahnya. Menghadapi situasi ( malas ) semacam ini, aku selalu mempunyai obat mujarab. Jika aku mengadapi situasi semacam ini, aku akan membuka buku pribadi. Buku kehidupan, berisi bermacam-macam tulisan. Diary ya ? ah, aku tidak suka menyebut buku kehidupanku ini dengan sebutan diary. Terlalu cengeng.
Halaman paling aku sukai adalah halaman berisi peta hidup . Peta hidupku sampai tahun 2020. Berisi mimpi-mimpi, cita-cita, strategi hidup, dsb. Ada yang menyebutnya sebagai peta khayalan.. ahh, aku kurang sepakat. Ini bukan khayalan, ini adalah mipi.  Bukankah segalanya bermula dari sebuah mimpi. Bukankah Bill Gates bisa menjadi miliyader juga karena bermula dari sebuah mimpi ? Bukankah keberhasilan Abraham Lincoln menjadi presiden Amerika ke-16 juga berawal dari sebuah mimpi ?
Halaman berikutnya, berisi tulisan2 motivasi. Berisi kisah inspirasi dan kata2 atau syair motivasi. Ah, aku  baru tersadar, aku telah lama membuat kealpaan. Aku baru ingat, bahwa aku pernah berjanji akan memposting salah satu syair indah penuh inspirasi, penuh motivasi. Sebuah syair yang aku kutip dari sebuah novel.  Anda yang pernah membaca novel “ Ranah 3 Warna “  pasti sudah tidak asing lagi dengan syair yang aku maksud. Berikut aku penuhi janjiku . . .

“Bersabarlah dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan
Terus-meneruslah berbuat baik, ketika di kampung dan di rantau
Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di perut bumi, dan di atas bumi
Bersabarlah menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh di dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai
Jangan cari kemuliaan itu dalam perantauan di usia muda
Singsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguhlah menggapai impian
Karena kemuliaan tak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakan
Karena debat kusir adalah pangkal keburukan “

Diterjemahkan dengan bebas dari syair Sayyid Ahmad Hasyimi.

Syair ini diajarkan pada tahun ke-4 di Pondok Modern Gontor, Ponorogo.

Ah, bukuku memang ajaib.  Seakan Tuhan telah memberinya sebuah ruh, setiap kali aku baca, buku itu selalu berbisik dengan lembut. Bisikan berisi motivasi, yang selalu terdengar sampai ulu hati. Alhamdulillah. Terimakasih Tuhan.
Semoga bermanfaat. (*)

*) Semarang, 13 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar