Minggu, 26 Februari 2012

Ada Indonesia di Kereta itu

                      
           Saya masih ingat, pada saat usia saya masih 8 tahun, saya pernah bermimpi ingin sekali bepergian dengan naik kereta. Alasannya cukup jelas, bentuk kereta yang panjang dengan rangkaian gerbong-gerbong penuh warna warni bagi saya begitu unik. Begitu juga dengan lintasannya sangat berbeda dengan transportasi darat lainnya.
        Lajunya yang sangat cepat juga membuat saya ingin sekali menaikinya. Ingin sekali saya merasakan sensasi terpaan angin dari balik jendela kereta. Ingin sekali saya melihat deretan bukit-bukit, gedung-gedung tinggi berjalan cepat di balik jendela, seperti yang biasa saya lihat di film kartun anak-anak pada masa itu.

 
                                                         ……
        Anda tahu, hari ini adalah salah satu hari bersejarah bagi saya. Momen hari ini mengingatkan saya pada mimpi saya 13 tahun silam. Mimpi yang berpadu dengan imajinasi ala siswa kelas 2 SD. Saya masih ingat betul bahwa saking gilanya saya pada kereta, sampe-sampe buku gambar saya penuh dengan gambar kereta. Tentu gambar kereta dengan penuh daya imajinasi. Semuanya saya desain semenarik mungkin, baik itu bentuk gerbongnya, warnnya, bentuk jendela, rel, semuanya. Ketika Ibu Eni ( guru saya waktu kelas 2 SD ) menyuruh kami menggambar pemandangan, tidak lupa saya selalu menambahkan rel kereta api pada gambar pemandangan tersebut, lengkap dengan gambar kereta api megah dengan efek kabur seolah-olah sedang melaju sangat kencang. Keren ! 
     Dan hari ini, tepatnya sore tadi Tuhan yang Maha Berkehendak, telah menghendaki saya untuk merasakan "sensasi" naik kereta. Akhirnya untuk pertama kalinya sepanjang hidup, saya bias naik kereta. Thanks God!
         Namun, perjalanan 3 jam yang saya lalui dari Semarang-Pekalongan tidak sehebat yang saya bayangkan sebelumnya. Perjalannan saya kali ini menyadarkan, bahwa ternyata persepektif saya selama ini tentang kereta bisnis Indonesia terlalu jauh atau mungkin bisa disebut keliru. Barangkali saya akan menganggap wajar dengan kondisi di dalam kereta seandainya sore tadi saya melakukan perjalanan menggunakan kereta kelas ekonomi. Kelas ekonomi yang selama ini saya lihat di televisi. Tapi saya yakin bahwa tiket yang saya beli di stasiun poncol pada siang harinya adalah tiket untuk kelas bisnis, bukan ekonomi.
        Saya membayangkan sebelumnya, kereta bisnis adalah kereta dengan fasilitas yang lebih baik dari pada kereta kelas ekonomi. Dinding gerbong yang bersih, lantai bersih, tidak ada karat dimana-mana,  tidak ada asap rokok, WCnya bersih dan nyaman, dsb. Namun semua tidak seperti yang saya bayangkan. Semua berkebalikan. Dinding-dinding gerbong kotor seperti tidak terawat, disana-sini ada juga yang berkarat, begitu juga dengan tempat duduk penumpangnya. Saya sempat miris ketika melihat ibu setengah baya yang duduk tidak jauh dari tempat duduk saya, terbangun dari tidur pulasnya dengan cara tidak wajar. Ibu tersebut terbangun akibat tempat duduknya patah, sehingga ibu tadi jatuh terjerembab ke lantai. Barangkali ibu tadi kurang beruntung, mendapat “undian” tempat duduk pada kursi yang terlalu berkarat.
      Di lante kereta, saya juga melihat beberapa plastik bungkus makanan dan botol minuman berserakan. Ketika mata saya menyusuri seluruh bagian gerbong, tak satu pun saya melihat tersedia tempat sampah di dalam gerbong. Atau mungkin pihak pengelola sengaja menyediakan celah jendela sebagai tempat membuang sampah, seperti yang saya lihat, seorang bapak tua membuang putung rokoknya lewat celah jendela. Ah entahlah. Mungkin benar  apa yang disangkakan oleh bapak tua tadi. Mengira bahwa celah jendela adalah tempat membuang sampah, karena tepat di samping jendela tadi, di dinding gerbong, tertempel stiker bertuliskan “ jagalah kebersihan “. Namun yang membuat saya heran, apakah bapak tadi tidak merasa bersalah dengan asap rokoknya tadi ? bukankah bapak tadi juga bisa membaca bahwa tepat di bawah stiker “ jagalah kebersihan “ ada stiker berisi perintah lainnya juga. Anda tahu, apa isi perintah pada stiker berikutnya ? ya tepat sekali. NO SMOKING !! Lucu bukan ?
        Tenang, saya masih punya cerita lucu lainya. Terakhir, berkisah tentang seorang penumpang, tepatnya seorang pemuda yang kebelet bo#er. Malang bagi sang pemuda, ternyata pada saat itu pintu WC sedang tertutup rapat.Itu artinya ada orang di dalam WC. Pun demikian dengan WC-WC yang ada pada gerbong lainnya. Anda tahu, ketika pemuda tadi mulai panik, dia mulai mengetuk-ngetuk pintu dengan sangat keras, namun tidak ada jawaban dari dalam. Semakin panik, semakin keras ketukanya. Namun tetap saja tidak ada jawaban dari orang yang ada di dalam WC. ( di sisni saya tidak perlu menarasikan gaya kebelet + panik pemuda tersebut, saya harap anda bisa mengimajinasikannya sendiri ). Klimaknya, saking paniknya, bercampur gugup, bimbang dan galau, akhirnya sang pemuda nekad mendobrak pintu WC, lengkap dengan gaya actor-aktor holywood pada film-film action. Lalu, apa yang terjadi dengan orang yang ada di dalam WC ? apakah dia juga ikut panik ? oh tidak. Tenyata prasngka saya keliru. Tidak ada siapa pun di dalam WC. Ternyata, pada saat itu kondisi WC sedang rusak, sehingga pintu selalu dalam keadaan tertutup. Selanjutnya, saya tidak tega mengisahkan apa yang terjadi dengan pemuda gagah berani tadi. Saya juga berharap, anda tidak usah mengimajinasikan hal apa pun tentang pemuda tadi. Ahhh.. akhirnya kutemukan Indonesia di kereta ini.
       Bagi anda pecinta kereta bisnis  Semarang-Tegal mungkin tidak kaget dengan kondisi seperti ini. Tapi, saya yang hari ini baru pertama kalinya naik kereta, lengkap dengan imajinasi membahana masa kecil benar-benar kecewa dengan kondisi tersebut. Saya tidak akan senang jika anda mengira bahwa apa yang saya tulis kali ini hayalah fiktif belaka, meski itu hak anda. Tapi ketahuilah, ini fakta, ini nyata, hanya di Indonesia tercinta. (*)

Pekalongan, 26 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar