Saya masih ingat, pada saat usia saya masih 8 tahun, saya pernah bermimpi ingin sekali bepergian dengan naik kereta. Alasannya cukup jelas, bentuk kereta yang panjang dengan rangkaian gerbong-gerbong penuh warna warni bagi saya begitu unik. Begitu juga dengan lintasannya sangat berbeda dengan transportasi darat lainnya.
Lajunya yang sangat cepat juga membuat saya ingin sekali menaikinya. Ingin sekali saya merasakan sensasi terpaan angin dari balik jendela kereta. Ingin sekali saya melihat deretan bukit-bukit, gedung-gedung tinggi berjalan cepat di balik jendela, seperti yang biasa saya lihat di film kartun anak-anak pada masa itu.
……
Anda tahu, hari ini adalah salah satu hari bersejarah bagi
saya. Momen hari ini mengingatkan saya pada mimpi saya 13 tahun silam. Mimpi
yang berpadu dengan imajinasi ala siswa kelas 2 SD. Saya masih ingat betul
bahwa saking gilanya saya pada kereta, sampe-sampe buku gambar saya penuh
dengan gambar kereta. Tentu gambar kereta dengan penuh daya imajinasi. Semuanya
saya desain semenarik mungkin, baik itu bentuk gerbongnya, warnnya, bentuk
jendela, rel, semuanya. Ketika Ibu Eni ( guru saya waktu kelas 2 SD ) menyuruh kami
menggambar pemandangan, tidak lupa saya selalu menambahkan rel kereta api pada
gambar pemandangan tersebut, lengkap dengan gambar kereta api megah dengan efek
kabur seolah-olah sedang melaju sangat kencang. Keren !
Dan hari ini, tepatnya sore tadi Tuhan yang Maha Berkehendak, telah menghendaki saya untuk merasakan "sensasi" naik kereta. Akhirnya untuk pertama kalinya sepanjang hidup, saya bias naik kereta. Thanks God!
Dan hari ini, tepatnya sore tadi Tuhan yang Maha Berkehendak, telah menghendaki saya untuk merasakan "sensasi" naik kereta. Akhirnya untuk pertama kalinya sepanjang hidup, saya bias naik kereta. Thanks God!
Namun, perjalanan 3 jam yang saya lalui dari
Semarang-Pekalongan tidak sehebat yang saya bayangkan sebelumnya. Perjalannan
saya kali ini menyadarkan, bahwa ternyata persepektif saya selama ini tentang
kereta bisnis Indonesia terlalu jauh atau mungkin bisa disebut keliru.
Barangkali saya akan menganggap wajar dengan kondisi di dalam kereta seandainya
sore tadi saya melakukan perjalanan menggunakan kereta kelas ekonomi. Kelas ekonomi yang selama ini saya lihat
di televisi. Tapi saya yakin bahwa tiket yang saya beli di stasiun poncol pada siang harinya
adalah tiket untuk kelas bisnis, bukan ekonomi.
Saya membayangkan
sebelumnya, kereta bisnis adalah kereta dengan fasilitas yang lebih baik dari
pada kereta kelas ekonomi. Dinding gerbong yang bersih, lantai bersih, tidak
ada karat dimana-mana, tidak ada asap
rokok, WCnya bersih dan nyaman, dsb. Namun semua tidak seperti yang saya
bayangkan. Semua berkebalikan. Dinding-dinding gerbong kotor seperti tidak terawat,
disana-sini ada juga yang berkarat, begitu juga dengan tempat duduk
penumpangnya. Saya sempat miris ketika melihat ibu setengah baya yang duduk
tidak jauh dari tempat duduk saya, terbangun dari tidur pulasnya dengan cara
tidak wajar. Ibu tersebut terbangun akibat tempat duduknya patah, sehingga ibu
tadi jatuh terjerembab ke lantai. Barangkali ibu tadi kurang beruntung,
mendapat “undian” tempat duduk pada kursi yang terlalu berkarat.
Di lante kereta, saya juga melihat beberapa plastik bungkus makanan
dan botol minuman berserakan. Ketika mata saya menyusuri seluruh bagian
gerbong, tak satu pun saya melihat tersedia tempat sampah di dalam gerbong.
Atau mungkin pihak pengelola sengaja menyediakan celah jendela sebagai tempat
membuang sampah, seperti yang saya lihat, seorang bapak tua membuang putung
rokoknya lewat celah jendela. Ah entahlah. Mungkin benar apa yang disangkakan oleh bapak tua tadi.
Mengira bahwa celah jendela adalah tempat membuang sampah, karena tepat di
samping jendela tadi, di dinding gerbong, tertempel stiker bertuliskan “
jagalah kebersihan “. Namun yang membuat saya heran, apakah bapak tadi tidak
merasa bersalah dengan asap rokoknya tadi ? bukankah bapak tadi juga bisa
membaca bahwa tepat di bawah stiker “ jagalah kebersihan “ ada stiker berisi
perintah lainnya juga. Anda tahu, apa isi perintah pada stiker berikutnya ? ya
tepat sekali. NO SMOKING !! Lucu bukan ?
Tenang, saya masih punya cerita lucu lainya. Terakhir,
berkisah tentang seorang penumpang, tepatnya seorang pemuda yang kebelet bo#er.
Malang bagi sang pemuda, ternyata pada saat itu pintu WC sedang tertutup rapat.Itu artinya ada orang
di dalam WC. Pun demikian dengan WC-WC yang ada pada gerbong lainnya. Anda
tahu, ketika pemuda tadi mulai panik, dia mulai mengetuk-ngetuk pintu dengan
sangat keras, namun tidak ada jawaban dari dalam. Semakin panik, semakin keras
ketukanya. Namun tetap saja tidak ada jawaban dari orang yang ada di dalam WC. ( di sisni saya tidak perlu menarasikan gaya kebelet + panik pemuda
tersebut, saya harap anda bisa mengimajinasikannya sendiri ). Klimaknya, saking
paniknya, bercampur gugup, bimbang dan galau, akhirnya sang pemuda nekad
mendobrak pintu WC, lengkap dengan gaya actor-aktor holywood pada film-film
action. Lalu, apa yang terjadi dengan orang yang ada di dalam WC ? apakah dia juga ikut panik ? oh tidak. Tenyata prasngka saya keliru. Tidak ada
siapa pun di dalam WC. Ternyata, pada saat itu kondisi WC sedang rusak,
sehingga pintu selalu dalam keadaan tertutup. Selanjutnya, saya tidak tega
mengisahkan apa yang terjadi dengan pemuda gagah berani tadi. Saya juga
berharap, anda tidak usah mengimajinasikan hal apa pun tentang pemuda tadi. Ahhh.. akhirnya kutemukan Indonesia di kereta ini.
Bagi anda pecinta kereta bisnis Semarang-Tegal mungkin tidak kaget dengan
kondisi seperti ini. Tapi, saya yang hari ini baru pertama kalinya naik kereta,
lengkap dengan imajinasi membahana masa kecil benar-benar kecewa dengan
kondisi tersebut. Saya tidak akan senang jika anda mengira bahwa apa yang saya
tulis kali ini hayalah fiktif belaka, meski itu hak anda. Tapi ketahuilah, ini
fakta, ini nyata, hanya di Indonesia tercinta. (*)
Pekalongan, 26 Februari 2012
Pekalongan, 26 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar