“ Pasti akan mendapatkan
cintak-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung
mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku “ ( Hadis Qudsi )
Kau tahu,
kadang dirimu akan berada pada suatu keadaan yang benar-benar tak bisa kau
pahami. Suatu rasa atau perasaan yang benar-benar tak bisa kau terjemahkan. Galau
? mungkin iya. Galau memang benar-benar akan membuatmu tersiksa. Semua campur
aduk. Kadang kau akan merasa senang, dunia begitu indah, semuanya berwarna,
setiap waktu kau akan selalu tersenyum. Anehnya, galau juga dengan tiba-tiba
saja akan membuatmu gundah, gelisah, ragu-ragu. Benar-benar semua campur aduk
menyatu.
***
Dan mulai hari
itu, kekhawatiran yang disampaikan oleh novel remaja yang dulu pernah kau baca benar-benar terjadi.
Kekhawatiran yang sama sekali tidak kau harapkan, kini datang padamu. Saat kau
mulai tahu semuanya, ternyata kau baru tersadar bahwa perasaan seperti ini
benar-benar akan menyiksamu. Benarkah ?
ah, bukankah penggalauan adalah sebuah anugrah, bukankah itu sebuah fitrah.
Mengapa harus merasa tersiksa ? entahlah, kau pun tak tahu. Begitu
membingungkan bukan. Dan pada suatu momen, kau benar-benar melakukan tindakan
bodoh. Kau bertanya pada diriku tentang apa yang sedang terjadi padamu, tentang
sebuah rasa yang tidak bisa kau mengerti. Ah aku kira kau sangat bodoh.
Bukankah kau yang saat ini adalah banyangan dari diriku. Saat ini matamu tak
bernyawa, pun demikian dengan mataku. Kau terlihat tak bergairah, sama denganku.
Kau sedang ragu, sama dengan diriku. Kau sedang gelisah, pun demikian denganku.
Arah tujuanmu sedang tak menentu, aku yang saat ini juga orang yang sedang kehilangan
fokus. Mengapa kau bertanya pada bayangmu sendiri yang sama-sama sedang “tersesat”
?. Kini jelas sudah, bahwa kau yang saat ini, adalah benar-benar diriku. --Hanya
saja, aku terlalu malu menyebut diriku dengan 'aku' --
Minggu itu, kau benar-benar sedang mengalami gejolak tingkat akut. Sebuah minggu yang selalu kau isi dengan pertanyaan-pertanyaan konyol. Benarkah kau suka padanya ? atas dasar apa kau suka padanya ? sudahkah benar caramu suka padanya ? -jangan-jangan hanya sekedar nafsu- dan pertanyaan-pertanyaan konyol lainnya. Hal yang paling menyebalkan adalah, kau tidak pernah menemukan jawaban yang benar-benar kau inginkan, kau selalu ragu-ragu. Di malam hari itu, kau
berbisik pada dirimu sendiri layaknya orang sinting. Berbisik dalam sebuah
imajinasi konyol. Dengan demikiaan kadang kau akan merasa lebih tenang. Oleh
karenanya kau melakukannya berulang-ulang, berbisik pada diri sendiri ditengah
keheningan malam sebelum kau tidur. Setidaknya semuanya menjadi lebih tenang
dan jelas. Setidaknya sudah ada sebuah pengakuan darimu pada dirinya, meski itu
hanya dibenakmu saja. Ketika ketenangan yang hakiki tak kunjung datang, maka
kau mulai berpikir keras. Ah, benar saja, ternyata ada yang tertinggal. Maka,
di tengah suatu malam, kau berinisiatif untuk bangkit, melakukan sebuah
“ceremonial”, mengugkapkan segalanya kepada pihak yang paling berhak mendengar
curhatmu, Sang Khalik. Dengan demikian, setidaknya semuanya menjadi lebih
tenang dan jelas. Sayangnya, selau seperti sebelumnya, kecerobohan tak
disengaja datang. Di ujung “ceremonial” itu, di ujung doa tengah malam itu,
tanpa kau sadari, kau mendatangkan lamunan yang sebelumnya telah membuatmu gila.
Ingin kau pergi saat itu juga, tapi benakmu terlalu egois. Benakmu terlalu
kuat. Dan film pendek tentang flashback moment itu pun berhasil kau putar dalam
sebuah lamunan.
: “ Senyummu
dan senyumnya yg saling berpaut sapa, juga tatapan mata antara kau dan dia yang beberapa kali tanpa sengaja bertemu
waktu itu, kau artikan sebagai sebuah tanda bahwa kau dan dia punya rasa yg
sama. Seharusnya saat itu, nuranimu berkesimpulan bahwa kau terlalu dini
mengartikan itu semua, sayangnya nuranimu pun sepakat dengan nafsumu. Sepakat
bahwa senyumnya yang begitu manis dan indah adalah sebuah tanda. Pun demikian dengan tatapan matanya.. ah, begitu indah.Waktu itu kau
terbang melayang, melayang, dan terus melayang. Sejak itulah,
kau benar-benar menjadi gila. Kau selalu teringat senyum indahnya.
Dinding-dinding di kamarmu semua berubah menjadi senyumnya. Layar laptopmu
berubah menjadi senyumnya, papan tulis di ruang kelas juga berubah menjadi
senyumnya, gambar masjid di sajadahmu juga berubah menjadi senyumnya. Semuanya
berubah. Dan kau benar-benar gila. Ah menyebalkan....”
Untungnya, malam
itu kau segera mengakhiri lamunan itu sebelum semuanya benar-benar berakhir
menjadi kisah yang utuh. Mungkin karena kau terlalu lemah sekedar untuk
mengakhiri kisah yang sesungguhnya. Kisah yang pada hakikatnya berujung pada
kebingungan, kekecewaan dan ketidakmengertian. Setidaknya, setelah malam itu
semuanya menjadi lebih tenang dan jelas. Semoga !. Dan dia, gadis manis
berjilbab itu, gadis manis yang senyum dan sorot matanya penuh tanda... biarlah Allah yang mengatur dan membimbingnya. Semoga kau juga selalu dalam bimbinganNya. aamiin. (*)
*) Semarang, 24 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar